tidak terlepas dari tema Pendidikan Multikultural,yang tidak kalh penting adalah mengenai biaya?? benar kan?? terus apa penyebab Mahalnya pendidikan di Indonesia...??
tetapi menurut saya bukab Mahalnya Pendidikan di Indonesia tetapi Biaya sekolah yang mahal..
Pendidikan tidak pernah mahal karena
pendidikan berarti usaha penanaman nilai-nilai kehidupan. Ini adalah porsinya
orang tua, bukan sekolah. Biaya sekolah mahal! Nah, ini baru pas. Sudah banyak
yang menulis mengenai mahalnya biaya sekolah di Indonesia dan penyebabnya.
Secara umum, pemerintah dipersalahkan karena kurang memberikan anggaran lebih
banyak kepada Departemen DikNas. Tulisan ini mencoba menelaah besarnya biaya
sekolah di Indonesia lewat komponen-komponen penyebab mahalnya biaya sekolah
itu sendiri. Besarnya biaya belajar para siswa di Indonesia disebabkan oleh
tiga hal.
nb: jangan hiraukan tulisan "Mahalnya Pendidikan di Indonesia" hanya untuk lebih mudah terindeks google aja.
Pertama
Penyebab Mahalya Pendidikan di indonesia (Mahalnya biaya Sekolah di indonesia)
Seragam sekolah adalah penyebab
pertama mahalnya biaya bersekolah para siwa di Indonesia. Aneh, kok seragam
sekolah? Tentu saja. Tidak ada anak Indonesia yang mau bersekolah jika mereka
tidak memilik seragam. Bahkan mereka yang bisa bersekolah tanpa seragam pun
justru merasa belum menjadi murid sungguhan karena belum punya seragam sekolah.
Tanpa disadari, komponen kecil yang satu ini menjadi momok tersendiri bagi para
orang tua murid dan murid sekolah di Indonesia. Tak perlu susah memikirkannya
seperti apa. Saat anak masuk sekolah pertama kali, kelas satu SD, mereka sudah
wajib memiliki seragam. Sekaya apapun anak tersebut, dia tidak boleh menjadi
murid di suatu sekolah apabila ia belum memilik seragam. Kalau anak orang kaya
saja tidak boleh bersekolah tanpa seragam apalagi orang miskin. Tidak sampai di
situ saja, membeli seragam sekolah pun tidak bisa cuma sekali. Seiring dengan
perkembangan fisik anak, orang tua setiap tahun harus memperbaharui baju
sekolah anak mereka. Makin cepat perkembangan fisik seorang anak, makin sering
pula orang tua harus membeli seragam baru bagi anaknya. Kalau anaknya cuma satu
masih enak. Bagaimana yang anakya lebih dari satu? Punya dua pasang anak
kembar? Belum sampai di situ, seragam siswa SD, SMP, dan SMA memiliki
perbedaan. Baju seragam putih tapi celananya merah (SD), biru (SMP), dan
abu-abu (SMA). Dan yang membuat lebih repot lagi adalah kecenderungan setiap
sekolah untuk mengharuskan siswanya memakai seragam khusus, batik, pada hari
tertentu. Seolah belum cukup membebani orang tua siswa dengan membeli seragam
harian, misalnya putih abu-abu (SMA), orang tua harus mengeluarkan anggaran
lagi untuk membeli seragam batik. Entah siapa pula yang mengeluarkan gagasan
ini kepada sekolah-sekolah di negara ini. Padahal dulu, murid sekolah, SMP dan
SMA, hanya memekai seragam harian saja tanpa ada keharusan memakai baju batik
pada hari khusus. Dengan cara ini, pemerintah dan sekolah telah sukses
melakukan konspirasi dalam membuat biaya bersekolah menjadi lebih mahal
dibandingkan dua dekade yang lalu. Kalau argumentasi ini masih diragukan, bagi
anda yang sudah memiliki anak, mulailah berhitung tentang uang yang sudah
dihabiskan untuk biaya seragam anak anda sendiri mulai dari SD hingga SMA. Cari
lagi bon-bon pembelian seragam sekolah itu dan jangan lupa untuk menyesuaikan
uang yang telah dikeluarkan dulu dengan tingkat inflasi sekarang.
Kedua
Penyebab Mahalya Pendidikan di indonesia (Mahalnya biaya Sekolah di indonesia)
Beban biaya sekolah juga disebabkan
oleh komponen buku pelajaran. Dari dulu sampai sekarang, orang tua murid harus
menyediakan sendiri buku pelajaran sekolah bagi anak-anak mereka. Buku apa yang
digunakan oleh murid sekolah tergantung dari persetujuan bisnis antara pihak
sekolah dan penerbit buku. Seandainya orang tua murid harus membeli buku dari
penerbit A dengan harga yang lebih rendah dari harga pasar, maka ini bukan
perkara besar. Sayangnya, pengandaian itu selamanya terjadi dalam kenyataan.
Tidak jarang harga buku yang dijual di sekolah lebih tinggi daripada harga
pasar, harga toko buku. Ini bisa terjadi karena, satu, adanya oknum sekolah
yang ingin meraup keuntungan sendiri dan karena penerbit buku harus membayar
komisi besar kepada sekolah sehingga mereka membebankan biaya komisi itu pada
orang tua murid. Dalam situasi ini, orang tua murid yang kritis bisa saja
menolak membeli buku dari sekolah dan mencari sendiri di toko buku yang ada di
sekitarnya, yang tentunya tidak bisa dilarang oleh pihak sekolah. Namun yang
terjadi pada anak orang tua murid itu bisa ditebak. Anak itu akan disindir dan
dicela oleh oleh pihak sekolah--guru, staf sekolah atau, bahkan, kepala
sekolahnya sendiri. Yang dilakukan oleh pihak sekolah jelas salah sedangkan
yang dilakukan oleh orang tua murid adalah benar. Dan yang menjadi korban
adalah si murid itu sendiri. Dia menderita dan bisa mengalami depresi. Tidak
membeli buku dari sekolah tiba-tiba menjadi sebuah dosa atau aib bagi diri
murid itu. Pengadaan buku secara gratis dengan sistem online oleh DikNas,
seperti yang dilakukan tahun lalu, ternyata belum bisa menyelesaikan persoalan
mahalnya pengadaan buku. Belum tersediannya fasilitas internet yang menjangkau
masyarakat di daerah pedesaan atau terpencil menjadi kendala bagi para murid
dan orang tuanya. Pun, seandainya mereka memiliki akses ke internet, biaya
pencetakan buku menjadi kendala lainnya. Untuk membuat masalah menjadi lebih
rumit, DikNas memilik hobi untuk mengganti-ganti kurikulum nasional sesuka
hatinya. Penggantian kurikulum jelas akan berimbas pada buku pelajaran para
murid. Sewaktu bersekolah dulu, buku pelajaran saya masih bisa dipakai oleh
adik saya, yang duduk dua kelas di bawah saya, karena kurikulum nasional tidak
mengalami perubahan yang berarti, dari tahun 1984 loh.
Ketiga
Penyebab Mahalya Pendidikan di indonesia (Mahalnya biaya Sekolah di indonesia)
Biaya-biaya tambahan saat bersekolah
menjadi penyebab ketiga dari mahalnya bersekolah di Indonesia. Biasanya,
pengeluaran rutin orang tua murid untuk biaya sekolah anaknya adalah:
1. Iuran sekolah (bulanan, puji syukur kalau tidak pernah
naik)
2. Seragam (tahunan, syukur kalau badan anaknya tidak melebar ke samping)
3. Buku pelajaran (tahunan, Berat memang kalau anak terus naik kelas tapi siapa yang mau anaknya tidak pernah naik kelas)
4. Biaya Study Tour (biasanya cuma sekali, buat SMP dan SMA, dan ini juga tergantung tempat tujuan kunjungannya, makin jauh makin mahal)
2. Seragam (tahunan, syukur kalau badan anaknya tidak melebar ke samping)
3. Buku pelajaran (tahunan, Berat memang kalau anak terus naik kelas tapi siapa yang mau anaknya tidak pernah naik kelas)
4. Biaya Study Tour (biasanya cuma sekali, buat SMP dan SMA, dan ini juga tergantung tempat tujuan kunjungannya, makin jauh makin mahal)
Sayangnya, pengeluaran rutin ini
menjadi tidak rutin apabila sekolah menambahkan biaya lain yang tidak jelas.
Misalnya biaya acara pesta perpisahan untuk murid tingkat akhir. Biaya ini
harusnya tidak dibebanka bagi murid kelas satu dan dua. Kalau murid kelas tiga
ingin mengadakan pesta perpisahan sendiri, mereka harusnya mengumpulkan uang
dari diri mereka sendiri. Contoh biaya tidak jelas lainnya adalah penggalangan
dana untuk keperluan yang dibuat-dibuat, seperti, pelepasan pensiun pegawai
sekolah, pembelian sarana sekolah, penggalangan dana untuk guru yang sedang
berduka atau melahirkan, dan lainnya. Lah, itu anggaran sekolah dari pemerintah
dikemanakan? Masak untuk acara seperti itu masih orang tua murid pula yang
harus menanggungnya. Ada guru yang pensiun, orang tua murid pula yang
menanggung pesangonnya. Situ enak, orang tua murid yang susah. Permasalahan ini
menjadi berat kerena, terkadang, biaya sekolah yang tidak rutin ini sifatnya
tidak boleh sukarela. Saya tidak keberatan dengan kegiatan penggalangan dana
untuk kegiatan sosial seperti bantuan bagi korban bencana alam, teman sekolah
yang berduka, pembelian kupon PMI atau acara sekolah (Pentas Seni). Kegiatan
yang disebutkan tadi memang memiliki misi sosial dan tidak terkesan
menguntungkan satu pihak tertentu.
berikut tadi merupakan contoh Mahalya Pendidikan di indonesia (Mahalnya biaya Sekolah di indonesia) dari SD,SMP,SMA?? Sekarang untuk Masuk Universitas satu
contoh saja yang kebetulan dipublikasikan dan mudah dikutip dari situs sebuah
Universitas Negeri yang menunjukkan betapa mahalnya biaya pendidikan (baru mau
masuk saja) dan betapa kandasnya harapan dan impian orang-orang tak berpunya
untuk menitipkan putra-putri mereka ke lembaga pendidikan tinggi ini.
Universitas milik Negara yang nota bene pembiayaannya lebih banyak berasal dari
uang rakyat itu ternyata tak semua rakyat boleh merasa memilikinya. Kita
menjadi heran; mengapa dinegeri yang kaya ini dan penduduknya yang masih
tergolong rendah pendidikannya, pendidikan kok jadi barang mewah ?
Setelah itu tak satupun Universitas
Negeri yang mahal itu bisa mempertanggungjawabkan hasil pendidikannya selama
lebih kurang 4-6 tahun dengan bermacam-macam bentuk dan alasan pembiayaan.
Kondisi ini semakin memperkuat asumsi kita mengenai tidak becusnya pemerintah
mengelola pendidikan sekaligus tidak peduli dengan amanat UUD tentang Hak
Rakyat untuk memperoleh pendidikan dan pekerjaan yang layak.
Kita tidak dapat menggambarkan
bagaimana jadinya generasi muda kita ini selanjutnya, paling-paling bangun pabrik,datang
orang asing sebagai manejer lalu anak muda kita jadi kuli !
Atau bisa ekstreem, rakyat
berbondong-bondong mengirimkan anak-anaknya untuk dididik di negara tetangga
yang mungkin jauh lebih murah pembiayaannya dengan mutu yang jauh lebih baik.
Atau lebih ekstreem lagi rakyat ogah menyekolahkan anak-anaknya kependidikan
tinggi karena sudah apatis terhadap pendidikan tinggi. Bisa juga rakyat
ramai-ramai beralih perhatian ke Perguruan Tinggi Swasta yang jauh lebih
manusiawi. Mengapa manusiawi ? karena paling tidak fasilitasnya sesuailah
untuk tempat manusia dididik,bayarannya boleh dicicil sampai tiga kali.
Beginilah suasana dunia pendidikan kita, yang rubuh,yang tak ber WC,yang tak
berguru,yang sering nggak masuk guru atau dosennya,yang kemahalan biayanya,yang
menambah jumlah pengangguran terbuka,dan segala macam problematika namun tidak
cukup untuk menggelitik hati nurani para pemimpinnya.
demikian Sedikit ulasan Mengenai Mahalya Pendidikan di indonesia (Mahalnya biaya Sekolah di indonesia)
|
Ninik
Ikuti @CariesArie |
|
0 komentar:
Posting Komentar